,.
Showing posts with label Coretan Sekitar Kita. Show all posts
Showing posts with label Coretan Sekitar Kita. Show all posts

Wednesday, May 1, 2013

Guru bagi gurunya yang dahulu

Sang Guru berucap kepada muridnya:

"Aku sekarang adalah gurumu,
Suatu nanti, engkau akan menjadi rekan ku,
Suatu kelak nanti aku akan menjadi murid mu"


Tidak tahu menahunya, sang murid yang dulu boleh dibilang Lugu (Lucu tur Wagu {cari sendiri dalam bahasa jawanya}) :p telah berdiri di depan Sang Guru yang dahulu nya adalah Sang Guru. Hal ini suatu efek dari suatu kemajuan teknologi, modernisasi ilmu pengetahuan dan Hitekkk yang menjadikan Sang Murid sekarang menjadi guru bagi guru nya dahulu.

Sebelum sampai pada Sang Guru untuk Guru nya yang dahulu, boleh dibilang suatu nanti Sang Murid akan menjadi rekan serekan nya di dalam kantor/tempat mengajar/dimana lah Ia (Sang Murid) bekerja dengan Sang Guru. Tidak Usah kau Tanya dimana itu, lihat saja beberapa tempat yang jarang kau, aku, kita dan kami sadari bahwa hal itu banyak terjadi KINI. Kini, Sang Murid telah menjadi rekan yang dahulu nya Ia (Sang Guru) bagi murid nya. Bahkan boleh dibilang secara titel Sang Murid Lebih mentereng dari Sang Guru apalagi jika ditambah  ilmu yang diperoleh Sang Murid melebihi Sang Guru, Alhasil bukan suatu hal yang mustahal eh mustahil bahwa  menjadikan Sang Murid itu memang menjadi Guru bagi gurunya dulu.

Seperti RODA yang berjalan, adakala nya di atas, ada kala nya dibawah, ada kala nya di tengah. Sama hal nyadengan apa yang diperoleh dari suatu hal pendidikan tersebut. Dari Murid, sekarang adalah REKAN, dan Kelak menjadi Guru bagi gurunya dulu.

Contoh, Sang Murid telah menjelajahi berbagai ilmu pengetahuan dengan berbagai wawasan pengalaman  yang luas. Ambil suatu permisalan dalam kehidupan nyata, seorang guru yang mengajar murid nya tentang bahasa Inggris  di SD dengan sebatas huruf abjad ei, bi, ci, di, ……. Sang Murid terus berkembang dan tumbuh, tidak tahu nya sampe berkuliah di Luar Negeri yang membuat Sang Murid semakin lancar dalam berbicara, menulis ataupun mendengarkan bahasa inggris tersebut dan jelas hal itu melebihi ilmu dan wawasan yang diperoleh  guru nya dahulu yang hanya mengajar nya dari awal mengeja abjad.

Sepulang menuju kampung, disalamilah Sang Guru yang masih tidak terlalu menua. Bercakap-cakaplah mereka sampai2 Sang Murid mengajari nya beberapa hal yang belum didapat oleh Sang Guru. Begitupun terjadi di bidang-bidang yang lain. 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Namun sayang, saat ini/kemarin/suatu nanti terkadang tidak sedikit Orang-orang yang lebih tua tak mau mendengar apa yang telah dimiliki oleh orang yang lebih muda. Apalagi titel yang tua lebih mentereng dari yang muda. Memang dari sono nya, Menganggap diri nya sendiri orang yang lebih tua, lebih berpengalaman dan lebih tahu. Rasa ngeyel ditambah rasa berderajat tinggi BIN gengsi menyebabkan penidakterimaan yang tidak wajar.

Tidak sedikit yang tahu pulabahwa Juniornya justru itu lebih baik dari seniornya namun tak banyak yangb ersedia saja mengakui. Yang lebih dan terparahnya untuk menjaga agar kewibaan ,kehormatannya,  dan nama yang tua semakin mengharum dan luhur tetap tak terganti maka yang muda malah tidak di motivasi untuk lebih maju lagi atau malah di cela.

Namun, terkadang juga tidak sedikit pula, yang Muda kembali bertemu dengan yang Tua dg menunjukan kesombongan Taji Ilmu yang di dapat nya di hadapan yang TUA tersebut.  SOMBONG dengan apa yang diperoleh nya telah melebihi dari yang TUA.

Pendidikan, seyogyanya menjadikan manusia lebih menjadi bermanfaat bagi sesama baik yang muda maupun yang tua. Semakin tinggi ilmu yang diperoleh, semakin merunduk pula lah ia. Seperti ilmu Padi, Semakin berisi semakin merunduk.Saling mendukung dan menghormati satu sama lain yang tidak lain didapat adalah suatu kemajuan dan kebermanfaatan yang semakin maksimal untuk kehidupan yang lebih baik.

Maju ke arah yang positif danlebih baik lah terus pendidikan kita melalui saling berbagi, saling menghormati dan saling mendukung. Alangkah Indahnya saling berbagi, saling menghormati, saling mendukung satu sama lain

Selamat Hari Pendidikan Nasional
Di atas  kasur, 2 Mei 2013.
21.05 WIB

Friday, December 7, 2012

Ujian Kehidupan itu!!!! Telah Sesuai Dengan Kadar Kemampuan Setiap Orang.


Saya ingin berbagi cerita tentang perihal kehidupan sekitar kita. Dari kehidupan sekitar kita ini pun, kita bisa belajar untuk membangun diri supaya lebih baik, bijak dan bermanfaat bagi alam sekitar. Namun pagi ini saya tidak bercerita mengenai hal yang tidak berhubungan dengan materi matematika / pelajaran lainnya.

Saya mulai dari cerita pribadi pada pagi hari ini, Jum’at, 7 Desember 2012. Kejadian tersebut sekitar pukul 04.20 WIB. Lebih tepat nya pada waktu saya sedang menempuh perjalanan ke masjid tadi subuh, saya sempat hampir berbarengan dengan orang yang berjalan menuju arah masjid. Dengan berjalan langkah biasa, saya tetap melangkahkan kaki menuju masjid tersebut. Finally, saya berada dibelakang nya sekitar 2 meter an (sebelum nya agak jauh tapi tetapi saya tidak berniat untuk mengejarnya, padahal sama-sama juga tadi kami sama-sama sedang berjalan). Apakah teman-teman tahu tentang siapa orang tersebut? (Jika teman-teman tahu, lebih hebat dong dari saya)
Karena saya juga tidak mengetahui siapa orang tersebut.
Hal ini semakin dikejutkan bukan kepayang, biasa saja mungkin ya :) bahwa seseorang tersebut memang bukan orang terkenal, tidak saya kenal juga dan ternyata bukan orang yang akan memasuki masjid. Kenapa???
Karena saya juga tidak mengetahui apakah dia muslim / tidak. :). Jawaban logis dong.
Ternyata, seorang tersebut sedang berjalan sempoyongan dan MEMBAWA 3 BUAH BOTOL MI*AS. Tambah kaget dong, setelah sampai di depan persimpangan masjid, orang tersebut berbelok ke arah yang berbeda tp saya tetap masuk masjid dong, :). Maklum sudah dengan urusan yang berbeda...
Saya tidak menahu dengan orang tersebut mengapa dia melakukan hal tersebut di pagi-pagi dengan udara sedingin ini dengan hal tersebut. Saya hanya bisa mengambil pelajaran Apakah mungkin, orang tersebut sedang dilanda suatu permasalahan sehingga melakukan hal tersebut? (kita juga tidak tahu akan prasangka tersebut.

*Hikmah Pagi ini*
Setiap kita memiliki masalah, bagi seorang muslim jangan berlari kepada hal-hal yang tidak di ridloi oleh Alloh SWT. Masih banyak jalan untuk keluar dari setiap permasalah yang mendera, dan tentu nya kita meyakini dalam hati bahwa Alloh tidak menguji seseorang melainkan kadar kemampuannya. Sesuai dengan Firmannya,
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” -Surah Al-Baqarah ayat 286-

Di waktu pengajian-pengajian sering saya mendengar bahwa ujian Allah bisa merupakan teguran dan sebagai bentuk kasih sayang Nya.
Selanjutnya kembali kepada diri kita, bagaimana kita menyikapinya permasalahan itu dengan hati, pikiran dan bahkan dengan prasangka yang bersih dalam arti positif atau dengan hati, pikiran, dan prasangkan yang kotor dengan berbagai hal-hal yang jelek. Maka dari seorang hamba yang berhati, berpikiran dan berprasangka bersihlah yang mampu mengambil dan mendapatkan hikmah dari setiap ujian yang Allah berikan. Ujian sesulit apapun yang datang pada dirinya akan diyakini bahwa itu sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang Allah kepada hambanya. Tentunya agar seorang hamba tersebut bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari hari-hari sebelumnya. (Inilah yang sulit untuk dilakukan oleh setiap kita termasuk saya)

Sementara bagi seorang insan yang berhati kotor dan hal-hal yang jelek akan menganggap setiap ujian yang hadir merupakan bencana yang tak ada ujung penyelesaian masalahnya, sehingga muncul rasa takut, gelisah, dan panik yang tidak menenangkan hati dan pikirannya

Jadi kita bisa mengatasi setiap permasalahan yang datang tentunya dengan berpikir, bertindak / berusaha. Sekali lagi teruntuk semua teman-temanku yang muslim, hal ini juga ikut mengingatkan diri hamba yang lemah terhadap ujian pula tapi kita bisa lulus kok bahkan lulus dengan nilai terbaik dan naik kelas artinya derajat kita akan dinaikkan oleh Alloh SWT. Jangan lupa, selalu berdoa lah untuk diberi suatu kemampuan/kekuatan yang lebih, besar untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan/ujian kita, jangan berdoa untuk menerima permasalahan/ujian yang kecil-kecil jika kita ingin menjadi orang yang besar,  

Jangan pula berlari kepada hal-hal yang tidak bermanfaat apalagi dilarang oleh tuntunan agama. Selesaikan permasalahan sedikit demi sedikit. Kita hidup memang bertemu dengan permasalahan, kalau kita tidak bertemu dengan permasalahan maka kita sudah tidak hidup lagi.
Selamat Pagi dan Selamat beraktivitas.

Palembang, 05.55 WIB Jum’at 7 Desember 2012

Thursday, October 18, 2012

Biasakan Mendidik Bukan Dengan Memarahi

Sampai saat ini, Minggu 21.05 WIB tanggal 14 Oktober 2012, saya masih teringat peristiwa yang sedikit nya membuat hati saya kesal dan sebal di dalam pandangan dan pikiran ketika masih berada di dalam masjid dekat asrama (tempat dan  orang secara tepat dirahasiakan, :)) sehabis melaksanakan sholat isya' berjamaah. Kejadian ini terjadi sekitar 2 kali dan yang ke-2 ini terjadi pada malam hari ini. Berikut saya ceritakan kejadiaan simple tersebut.

Ya, langsung saja menuju TKP. Ceritanya begini... hmmm saya deskripsikan terlebih dahulu ke dalam urutan kejadian supaya ada sedikit gambaran dan biar tidak buram-buram gitu, :)
  • Orang-orang selesai sholat isya’ di masjid dan masih dalam posisi duduk.
  • Anak-anak kecil (sekitar kelas 4-5 SD) berjumlah 4 anak sedang berbicara, berbisik-bisik di masjid selesai sholat Isya' tsb.
  • Saya melihat seorang jamaah, berusia tidak tua-tua amat mungkin kalau di pikir-pikir orang tersebut sudah pantas memiliki anak sekitar 3-4 orang kali ya. Seorang Jamaah tersebut sering melihat kebelakang secara terus menerus mengamati jamaah lain yang sedang melakukan wirid. saya juga bingung, kenapa bapak ini melihat kebelakang terlalu sering (benar-benar mengganggu kekhusukan saya dalam berdoa setelah sholat, astagfirullah hal adzim). Ternyata, pandangan tersebut mengarah kepada anak-anak kecil yang sedang berbicara di dua shaf belakang saya agak bergeser ke sebelah kanan saya. Satu Orang tua itu, yang tiba-tiba berdiri menuju ke anak-anak tersebut dan memarahi mereka yang sedang berbicara padahal  menurut pendapat saya, mereka tidak berkata dengan suara yang keras dan tidak mengganggu jamaah yang lain. Seorang jamah tersebut dengan suara yang agak tinggi (yang membuat saya dan yang lainnya terkejut) dan langsung memarahi para anak kecil yang lucu-lucu itu dengan kata-kata yang kurang mendidik.
Pada waktu yang bersamaan, di dalam hati dan pikiran saya agak terganggu dan terbesit sebuah pemikiran “Begini nggih Pak, untuk apa juga marah-marah. Terlebih dengan suara yang membuat saya dan orang lain yang masih beribadah di dalam masjid agak terganggu. Namanya juga anak-anak, jika saya berada dalam sudut pandang anda, maka saya akan mengingatkan dan memberi tahu dengan cara yang lebih halus tentunya dengan pendekatan yang lebih humanis dan bahkan orang-orang sekitar dapat memaklumi perbuatan anak-anak yang berbicara dengan tidak terlalu keras tersebut. Mereka(anak-anak), maaf belum mengerti banyak hal yang sudah dimengerti oleh anda wahai Kaum Tua. Mereka lebih butuh banyak pelajaran manusiawi dan senyuman bukan kemarahan yang saya rasa malah menyebabkan ketakutan, lebih parah nya menyebabkan mereka tidak suka lagi datang untuk sholat berjamaah di dalam masjid lagi. Alhasil, mereka malah sering saya temui berada 15 m dari masjid sedang bermain dengan teman-teman nya yang lain tapi memakai sarung(sering saya lihat waktu berjalan menuju masjid). Mungkin hal ini banyak kita jumpai di daerah-daerah hampir setiap masjid di Indonesia.

Mungkin beginilah ya, beberapa cara mendidik anak yang ada di negara kita. Masih ada beberapa orang tua lebih cenderung memarahi anak-anak, mengancam mereka yang nota bene masih belum cukup umur dan ilmu. Proses pendidikan seperti itu tidak lah menarik, hanya membuat anak-anak takut sementara, lalu berpindah tempat di luar dengan suara-suara yang bahkan lebih keras dari pada di dalam masjid. Begitulah anak kecil, secara manusiawi lebih suka bermain, berbicara, tertawa dan bergurau. Mereka sebagai asset penerus bangsa, terlebih nantinya mereka adalah raja di negara ini suatu saat nanti. Karena salah satu nya, mereka adalah generasi-generasi yang akan meneruskan orang-orang tua yang berada di dalam masjid tersebut. Sudah mau berangkat ke masjid yang mungkin berasal dari paksaan orang tua itu merupakan sebuah apresiasi tersendiri bagi mereka. Pantas jika saya melihat hampir hanya orang-orang tua saja yang menjadi jamaah di dalam masjid tersebut karena anak-anak lebih suka bermain di luar ketika orang-orang tua sedang sholat. Waktu sholat telah selesai, mereka(anak-anak) pun bergegas pulang menuju rumah…
Saya rasa, Jaman  sekarang berbeda dengan jaman keras bapak/saya dulu. Sekarang, kita mempunyai banyak cara yang lebih baik, bijaksana, benar dan tepat untuk memberi pengajaran dan saya yakin, seharusnya orang tua itu mempunyai banyak pengalaman dan kompetensi soal ini. Yang menjadi kendala adalah mungkin adalah emosi dan rasa tidak sabaran.Yach, mungkin rasa kesal dan sebal saya ini terlalu tinggi karena saya belum makan malam kali ya, Sebelum mengakhiri saya mau menyampaikan sedikit simpulan...

Akhir renungan tulisan malam ini,
Hal ini mengingatkan siapa saja termasuk diri saya sendiri. Kalau kita-kita ini sering melupakan Keragaman Sudut Pandang dalam bersikap dan memahami. Kita terlalu asyik dengan sudut pandang kita sendiri dan tidak peduli dengan bagaimana sudut pandang pihak lain. Salah satu contoh nya adalah Orang tua ini terlalu egois berbuat sekehendak diri nya sendiri. Silakan berprinsip tetapi pahami terlebih dulu sudut pandang lain sebelum kita bersikap karena itu akan membuat kita lebih bijak. Mohon maaf kalau ada salah-salah kata yang menyinggung dan kurang berkenan di dalam tulisan ini, :)
Mari sama-sama berbenah diri

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Iptek-4u - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons